Sepuluh Hari menjelang Pernikahan


Lebih dari dua belas bulan yang lalu, aku iseng mencoba tes kepribadian di internet. Itu lho, yang ada 16 macam kepribadian. Hasil yang muncul adalah INFP-T (Mediator). Karena ternyata seru, kubagilah tautan itu ke Baba. Lupa-lupa ingat apakah saat itu kami sudah jadian atau masih (sok-sokan) berteman. Dia pun mencoba dan hasilnya juga INFP, wew bisa gitu ya. Tapi aku lupa belakangnya apa, yang jelas bukan T sepertiku.

--

Bulan lalu aku baru tau kalau ternyata kita bisa mencoba tes teraebut dalam bahasa Indonesia (kala itu aku pakai yang bahasa Inggris). Terinspirasilah aku untuk mencobanya lagi. Selain karena aku berharap bisa lebih akurat karena memakai bahasa ibu, kata orang hasilnya sangat mungkin berubah kalau dicoba beberapa tahun setelahnya.

Aku sempat lupa mau mencoba lagi sampai tempo hari Baba tiba-tiba membagi tautan tes itu (dia lupa kalau pernah coba, ck). Mengejutkan sekali karena hasilnya Baba INFP-T!
Makin terpiculah aku untuk mencoba. Tak disangka, hasil yang keluar masih sama seperti pertama kali kucoba dulu, INFP-T. Itu artinya aku dan Baba sama banget, wkwkwk astaga kok bisa.

Foto diambil oleh Rini/Satriyo

Hmm, kembali ke topik sesuai judul, sepuluh hari lagi aku dan Baba akan menikah. Hehehe. Nggak terasa ya akhirnya kami sampai juga pada tahap ini. Kalau ditanya gimana rasanya mau menikah, sekarang aku bisa jawab deg-degan banget hehehe. Padahal tadinya biasa aja seperti mengalir. Kurasa perasaan seperti ini wajar dialami calon manten. Bagaimana enggak, menikah itu salah satu perihal terbesar dalam hidup selain lahir dan mati. Setidaknya menurutku.

Aku nggak pernah menyangka akan mengenal lelaki seperti Baba. Boleh dibilang, baru kali ini aku kenal lelaki semacam dia. Kesan tersebut sebenarnya sudah terasa sejak pertama kali kami jumpa. "Bukan tipe lelaki yang biasanya temenan/satu lingkaran sama aku", begitulah kira-kira batinku kala itu.

Siapa kira, aku ternyata bisa sangat nyaman sama Baba. Untuk mengenal dan mengerti dia, kita harus telaten membukanya sedikit demi sedikit. Dari situlah aku menemukan hal-hal yang menarik dan mengejutkan dari Baba. Tentunya nggak hanya perihal yang menyenangkan karena yang aneh dan susah kuterima pun banyak, hahaha. Tapi entah bagaimana dia selalu punya cara untuk menjelaskan, membuatku mengerti perlahan, dan dia sangat teguh akan dirinya. Intinya, dia sangat tidak seperti orang kebanyakan. A very unique one. Jujur saja kadang aku sangat pusing dibuatnya, hahaha tapi aku juga sangat suka warna-warnamu, Mpuk.

Lelaki baik yang romantisnya jangan diharapkan. Merangkai kata sangatlah bukan keahliannya, apalagi ketika bertatap muka. Romantis versi Baba adalah diam-diam berpesan ke pelayan resto sushi untuk meniadakan tobiko di 3 potong sushi tuna yang isinya seporsi 5 potong, karena dia tau aku nggak suka tobiko... dan ya, dia menyiapkan sushi yang lebih banyak untukku dari pada untuk dirinya sendiri, hehehe.

Aku nggak ingin terlalu tinggi melambungkan Baba di tulisan ini. Kalau dituliskan semua, sampai hari H nggak akan selesai, hehe. Fakta bahwa kami memiliki tipe kepribadian yang sama enggak serta merta membuatku adem ayem karena menurutku justru inilah tantangannya.

Semoga mimpi-mimpi kita tercapai ya, Mpuk. Bismillah.



edit

No comments:

Post a Comment