Manusia Jendela dan Ventilasi


Belakangan, ada satu hal yang baru saya sadari. Satu hal yang entah sejak kapan melekat pada diri saya. Hal ini berkaitan dengan idealisme saya dalam memilih dan (atau nantinya) membangun tempat tinggal. Satu pertanyaan, idealisme yang manakah itu? Jawabannya adalah; pencahayaan dan sirkulasi udara alami.

Yap, mungkin banyak yang heran mengapa dua hal ini menjadi sangat penting bagi saya. Entah kenapa, sejak dulu saya paling tidak bisa tinggal di sebuah kamar atau rumah yang tidak berjendela. Apakah karena rumah orang tua saya di Jogja memiliki jendela di setiap ruangannya? Ah, tidak juga. Hal ini sepertinya tidak berlaku bagi kedua kakak saya yang lebih senang menutup tirai jendela di sepanjang siang. Padahal,bertahun-tahun kami tinggal di bawah atap yang sama. Menurut pengamatan saya, kebiasaan ini berjalan sejak mereka menikah dan punya rumah pribadi.

Ternyata, mereka bukanlah satu-satunya. Beberapa teman terdekat saya juga demikian. Suatu kali saat saya menginap di kamarnya, saya membuka tirai jendelanya. Tentu saja hal ini saya lakukan karena matahari telah terbit dan meninggi. Sayangnya, mereka justru berkata, "Panas, Rin, tutup aja." Tidak hanya di kamar pribadi, hal seperti itu juga mereka lakukan ketika kami menginap di sebuah hotel. Saya kemudian berasumsi bahwa mereka terbiasa dengan rumah yang minim jendela (atau sebenarnya banyak jendela namun hampir semuanya jarang dibuka.

Sedangkan saya, saya tidak bisa seperti itu. Haha, lucu rasanya. Selain karena alasan ilmiah, saya pun punya beberapa alasan pribadi. Bagi saya, sinar matahari yang menyelinap masuk ke dalam rumah sangatlah seksi, meski terik sekalipun. Udara pagi yang menyeruak masuk melalui jendela merupakan energi yang sangat saya sukai, menyenangkan sekali menghirupnya. Jika suatu saat rumah saya menggunakan AC (walaupun saya harap ridak), saya akan mematikannya di pagi hari dan membuka semua jendela.

Saya tidak suka perasaan bingung menentukan siang dan malam gara-gara lampu ruangan seharian menyala (karena jika dimatikan, ruangan akan sangat gelap akibat tidak ada sinar yang masuk melalui jendela). Rasanya sangat tidak nyaman dan seperti dipenjara. Idealisme (yang menurut saya tidak) recceh ini pun saya bawa ketika memilih kost; harus berjendela dan sinar matahari harus bisa masuk! :D

Dan seperti inilah kira-kira angan mengenai ventilasi/jendela/pencahayaan alami di rumah saya kelak. Hehehe.



Sumber gambar: Pinterest



Labels: , , ,
edit

No comments:

Post a Comment