Jauh dari Willie


Foto di atas diambil di rumah Joglo, ketika Willie berusaha melepaskan diri dari gendongan saya. Anak itu masih saja tidak suka digendong lama-lama. Usianya sudah lebih dari dua tahun, tapi belum kunjung menemukan pujaan hati untuk dikawini.

Saya sangat sayang kepada Willie. Kucing pertama yang membuat saya tidak takut lagi terhadap kucing. Awalnya saya tidak mau mendekatinya. Namun beberapa hari kami bertemu dalam satu rumah, perlahan-lahan Willie mulai berani mendekati saya. Begitu pun dengan saya, yang kemudian menyadari bahwa ternyata Willie sangat menggemaskan. Kamu tidak mungkin bisa menolaknya.

Malam ini (22/2), Willie dijemput oleh Mba Dyah dan Mas Deni setelah hampir satu minggu dititipkan di kost saya. Sedih sekali, saya menangis tersedu. Bahkan saya tidak akan bisa menemuinya untuk beberapa bulan ke depan karena ia akan dititipkan di Jogja. Kenapa? Karena ayah ibunya akan bertandang ke Berlin. Makin menyedihkan.

Entah mengapa saya bisa begitu sentimentil terhadap Willlie. Hal yang sama juga pernah saya alami ketika Willie akan kembali ke Jakarta setelah berbulan-bulan dititipkan di rumah Jogja. Satu hari sebelum ia dijemput, saya menghabiskan malam dengan menangis sambil mengajak Willie bercakap-cakap, berharap semoga dia mengerti. Rasanya seperti sudah rindu ketika perpisahan bahkan belum dimulai.

Semoga Willie selalu sehat dan bahagia, begitu juga dengan ayah dan ibunya. Sampai jumpa lagi, Willie. Tante kangen. Ngeong!

Labels: , , ,
edit

No comments:

Post a Comment