Dari Benhil hingga Ciledug
Wednesday, 15 February 2017
Sabtu lalu, saya pergi ke Pasar Benhil untuk memasukkan kain batik kantor ke penjahit. Penjahit langganan kakak perempuan saya tak kunjung datang. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya kami dilayani oleh asistennya. Tak apalah, daripada menunggu sampai lebaran kuda.
Dalam perjalanan keluar dari pasar, kami melewati kios pembuatan stampel dan itu menarik perhatian saya. Teringat pada stampel nama yang mini milik kakak ipar, saya pun juga ingin membuatnya. Kami mendapat harga yang lumayan miring dengan catatan harus memesan dua stampel (yang satu lagi untuk kakak saya, tentu saja). Kurang lebih satu jam kami habiskan di kios itu. Proses pembuatannya sebenarnya singkat. Kerempongan kami (atau saya) lah yang membuatnya lama. Memilih jenis huruf saja sampai setahun. Tidak mengapa, karena saya bahagia sekali melihat hasilnya:
Setelah selesai, saya diajak kakak mengunjungi Artland di Poins Square Lebak Bulus. Awalnya saya mengira bahwa Artland adalah semacam bazaar karya seni dan pernak-perniknya yang diadakan di dalam mal. Namun ternyata, Artland adalah surga bagi para seniman rupa ataupun crafter. Wow, otomatis Artland juga merupakan surga bagi saya, meskipun saya tidak termasuk keduanya. Hehehe biarkan saja.
Di luar perkiraan, area Artland ternyata sangat luas. Jika dibiarkan, saya mungkin bisa betah seharian di dalamnya. Tidak hanya peralatan melukis, di Artland juga terdapat berbagai 'amunisi' untuk para crafter, termasuk material untuk membuat maket (model bangunan berskala kecil) yang sukses membuat saya (lagi-lagi) gagal move on. Karena sedang bokek, saya hanya membeli sketchbook seharga Rp 15.000,- hehe. Meskipun murah, saya sangat suka dengan tampilan bukunya yang simpel dan terkesan classy. Artland benar-benar tempat yang menyenangkan. Saya pasti akan sering kembali ke sini di waktu mendatang.
Setelah puas cuci mata, kami pun menuju RS Sari Asih di Ciledug untuk mengunjungi dokter mata. Saya penasaran dengan status mata saya yang belakangan terasa tidak nyaman, khususnya saat melihat garis di layar komputer/laptop. Benar saja, dokter Erry menyatakan bahwa mata kiri saya minus setengah. Jreng. Tapi alhamdulillah mata kanan masih normal. Dokter menawarkan resep kaca mata, namun saya menolaknya. Setelah keluar dari ruangan, kakak saya ngomel dan protes karena saya menolak resep tersebut. Biarlah, nanti saja sekalian kalau sudah benar-benar butuh.
Maka, pulanglah kami setelah mampir di warung sate padang untuk membeli makan malam. Kakak ipar dan si gembrot Willie sudah menunggu di rumah. Terima kasih Allah, saya bahagia sekali hari itu.
P.S.: Untuk Wada jika membaca, maaf karena akhirnya saya ke Jakarta. Ternyata Rini tidak jadi berkunjung ke Bogor. Saya lupa berkabar dan baru mengingatnya ketika hujan jatuh di hari Minggu. Kapan-kapan kita nonton di Kineforum, ya!
Labels:
laviequotidienne
Dalam perjalanan keluar dari pasar, kami melewati kios pembuatan stampel dan itu menarik perhatian saya. Teringat pada stampel nama yang mini milik kakak ipar, saya pun juga ingin membuatnya. Kami mendapat harga yang lumayan miring dengan catatan harus memesan dua stampel (yang satu lagi untuk kakak saya, tentu saja). Kurang lebih satu jam kami habiskan di kios itu. Proses pembuatannya sebenarnya singkat. Kerempongan kami (atau saya) lah yang membuatnya lama. Memilih jenis huruf saja sampai setahun. Tidak mengapa, karena saya bahagia sekali melihat hasilnya:
![]() |
Karena empat karakter huruf dirasa terlalu singkat, saya pun menambahkan gambar siluet rusa, hihihi, lucu, kan? |
Setelah selesai, saya diajak kakak mengunjungi Artland di Poins Square Lebak Bulus. Awalnya saya mengira bahwa Artland adalah semacam bazaar karya seni dan pernak-perniknya yang diadakan di dalam mal. Namun ternyata, Artland adalah surga bagi para seniman rupa ataupun crafter. Wow, otomatis Artland juga merupakan surga bagi saya, meskipun saya tidak termasuk keduanya. Hehehe biarkan saja.
![]() |
Saya tidak bisa menahan diri untuk tidak mengambil banyak foto di Artland. |
Setelah puas cuci mata, kami pun menuju RS Sari Asih di Ciledug untuk mengunjungi dokter mata. Saya penasaran dengan status mata saya yang belakangan terasa tidak nyaman, khususnya saat melihat garis di layar komputer/laptop. Benar saja, dokter Erry menyatakan bahwa mata kiri saya minus setengah. Jreng. Tapi alhamdulillah mata kanan masih normal. Dokter menawarkan resep kaca mata, namun saya menolaknya. Setelah keluar dari ruangan, kakak saya ngomel dan protes karena saya menolak resep tersebut. Biarlah, nanti saja sekalian kalau sudah benar-benar butuh.
Maka, pulanglah kami setelah mampir di warung sate padang untuk membeli makan malam. Kakak ipar dan si gembrot Willie sudah menunggu di rumah. Terima kasih Allah, saya bahagia sekali hari itu.
P.S.: Untuk Wada jika membaca, maaf karena akhirnya saya ke Jakarta. Ternyata Rini tidak jadi berkunjung ke Bogor. Saya lupa berkabar dan baru mengingatnya ketika hujan jatuh di hari Minggu. Kapan-kapan kita nonton di Kineforum, ya!
edit
No comments:
Post a Comment